Minggu, 26 Agustus 2012

Kebakaran Melanda Jakarta

Jakarta | Sabtu, 25 Aug 2012
Rihad Wiranto
Pengaitan kebakaran dengan Pilkada DKI meragukan.
Warga Jakarta was-was dihantui banyaknya kebakaran akhir-akhir ini. Untuk ke 28 kali sejak awal Puasa lalu, kebakaran terjadi lagi di Jakarta Selatan (Jaksel), Jum'at (24/8) sekitar 11:00 WIB. Kali ini api menghanguskan 14 bangunan di Jalan Bangka 2 G, RT07/03, Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan.

Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jaksel, Frans Hodden mengatakan api berasal dari kamar milik Aziz , di bagian depan rumah milik Jalaluddin (37).


Kepada petugas Damkar, saksi mata Ninda mengatakan ia sempat melihat benda jatuh di kamar tersebut. Sesaat kemudian ada api, dan dengan cepat menghanguskan enam rumah dan delapan kontrakan. "Jadi, kami meduga api berasal dari konsleting listrik," ucap Frans. Dugaannya diperkuat fakta bahwa kamar itu sudah dua hari dikunci. Sebab dua hari pula Aziz tak pulang kerja sebagai
security di daerah Senayan.

Pernyataan berbeda dilontarkan Ketua Ketua Rukun Tetangga setempat, Mawardi. Menurutnya api berasal dari petasan yang dinyalakan keponakan Jalaluddin di kamar Aziz. "Jadi awal api kan dari kamar depan rumah Jalaluddin (Kamar Aziz). Nah, tetangganya, Agus bilang sama saya, kalau dirinya melihat keponakan Jalaluddin main petasan di kamar tersebut," kata Mawardi.


Dalam kejadian itu, tak ada korban jiwa. Sebagian besar harta korban tak sempat diselamatkan. Terlihat kasur, lemari, tiga motor dan barang-barang lainnya ludes.

Untuk memadamkannya, Frans mengutarakan pihaknya sudah menerjunkan 18 mobil kebakaran.
Kebakaran juga melanda pemukiman padat penduduk di RT 10,11/ RW 03 Kelurahan Keramat Pulo, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (24/8), diduga berawal dari api yang berasal dari kost-kostan. "Kost-kostan itu bangunannya kayu, makanya gampang terbakar," ujar Umam, salah seorang warga yang ikut memadamkan api.
Bersama warga yang lainnya, ia menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. "Korban jiwa tidak ada, soalnya kejadiannya siang dan warga juga cepat bertindak," ujarnya.

Umam menuturkan bahwa beberapa penghuni kost-kostan tersebut juga sedang mudik ke kampung halaman mereka. Sekitar pukul 12.30 WIB, api terlihat sudah mulai mengecil. Dari pantauan
Jurnal Nasional, kepanikan warga juga sudah mulai berkurang seiring mengecilnya kobaran api. Namun, beberapa warga yang rumahnya terbakar terlihat shock bahkan ada yang pingsan. Hal ini dikarenakan barang-barang milik mereka ludes dilahap si jago merah.
Kawasan padat penduduk Tambora, Jakarta Barat kemarin juga dilalap api. Sedikitnya 66 rumah hangsud dilalap si jago merah, di lima RT di Kelurahan Tanah Sereal. Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Sutarno, api mengamuk sekitar 03.45 WIB. Beruntung dalam kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Sutarno menambahkan, petugas Damkar dan PB Jakbar mengerahkan 37 unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api tersebut.


Wilayah yang terbakar meliputi RT 1, 7, 8, dan 9 dari RW 1, serta RT 6 dari RW 3 Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. "Kemungkinan kebakaran ini disebabkan hubungan pendek arus listrik," ujar Sutarno.
Pakar perkotaan Yayat Supriatna mengatakan banyak kejadian kebakaran di permukiman saat ditinggal mudik penghuninya disebabkan minimnya koordinasi di tingkat komunitas masyarakat.

"Selama ini, masyarakat kalau mudik selalu sibuk sendiri-sendiri sehingga ketika permukiman ditinggal pergi tidak ada yang mengoordinasi," kata Yayat Supriatna saat dihubungi di Jakarta, Jumat.


Pakar dari Universitas Trisakti, Jakarta itu mengatakan seharusnya sebelum mudik, komunitas di tingkat terendah yaitu rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW) melakukan koordinasi untuk menjaga keamanan lingkungannya.


Hal itu, menurut dia, disebabkan sikap masyarakat perkotaan yang semakin egois sehingga tidak saling mengenal dengan tetangga di sekitar lingkungannya.

"Tidak hanya di permukiman kelas atas, di permukiman kelas bawah pun kesadaran bermasyarakat sudah mulai berkurang. Masyarakat sudah mulai tidak peduli dengan pendatang baru," katanya.

Karena itu, dia melihat masyarakat yang pergi mudik enggan untuk sekedar menitipkan rumahnya kepada tetangganya. Akibatnya, tidak ada yang menjaga wilayah permukiman saat ditinggal mudik penghuninya.


Rendahnya kesadaran Yayat mengatakan pula bahwa selain faktor-faktor itu itu, maka kejadian kebakaran juga merupakan akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan permukimannya. Hal itu karena kebanyakan pemukim adalah pendatang baru yang mengontrak rumah-rumah petak.


"Kebanyakan kebakaran terjadi di kawasan permukiman dengan rumah kontrakan. Karena merasa bukan milik sendiri, penghuninya sering tidak peduli dengan keamanan rumahnya," katanya.


Karena itu, dia menilai kebakaran yang terjadi seringkali disebabkan oleh kelalaian penghuni permukiman karena sering penggunaan peralatan listrik yang tidak sesuai standar saat meninggalkan rumah.


Menurut catatan Polda Metro Jaya, dari 66 kebakaran yang terjadi selama Ramadhan hingga Idul Fitri, 35 kejadian disebabkan korsleting listrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar