Senin, 27 Agustus 2012

Anak-Anak Korban Kebakaran Kesulitan Seragam Sekolah

(foto:KOMPAS/ IMAGES/MUNDRI WINANTO)

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak korban kebakaran di Pekojan, Jakarta Barat, pada Sabtu (28/7/2012) lalu, masih kesulitan memenuhi kebutuhan seragam sekolah, kendati sudah ada sumbangan dari donatur. Mereka tetap harus membeli seragam baru karena ukurannya yang tidak pas.

"Seragam yang diberikan para donatur ukurannya tidak pas, akhirnya para korban membelinya sendiri," ujar Ketua RT 08/07 Budi Mulyaman di Jakarta, Senin (27/8/2012).

Begitu juga untuk kebutuhan peralatan sekolah lain seperti buku. Menurut Budi, sebagian korban memutuskan untuk membeli buku sendiri bagi anak-anak mereka.

"Untuk buku juga sama, ada yang beli sendiri," tambah Budi.

Untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah sendiri, kata Budi, baru akan dimulai pada Selasa (28/8/2012) besok.

Lokasi Rawan Kebakaran Antara Ada dan Tiada

JAKARTA, KOMPAS.com - Titik-titik utama yang masuk daerah rawan kebakaran di Jakarta ternyata adalah lokasi-lokasi yang termasuk lahan sengketa. Yang patut disayangkan, entah karena status kepemilikan dan peruntukan yang belum jelas, lokasi-lokasi tersebut tidak dimasukkan dalam peta tata ruang kota Jakarta.

"Lokasi-lokasi itu termasuk urban black hole atau lobang hitam perkotaan yang tidak masuk dalam Peta Tata Ruang Kota Jakarta," kata Ketua Kelompok Studi Arsitektur Landskap Indonesia Nirwono Yoga yang dihubungi Kompas.com, Senin (27/8/2012).

Tidak disebutkan tidak dimasukkan lokasi-lokasi tersebut merupakan suatu kesengajaan atau tidak. Yang pasti, titik-titik rawan kebakaran yang masuk lahan sengketa tidak ada dalam peta Tata Ruang Jakarta.

Imbasnya, keberadaan titik-titik tertentu di Tambora, Kapuk Muara, Senen, dan lain-lain itu tidak diakui secara struktural dalam wilayah DKI Jakarta. Apalagi, selain tergolong lahan sengketa atau tanpa status kepemilikan yang jelas, kawasan tersebut biasanya merupakan wilayah kumuh yang padat pemukiman dan padat penduduk.

"Jadi, jangan heran kalau dalam 5-10 tahun penanganan kebakaran sekaligus pemukiman di titik-titik tersebut tidak akan tuntas," tandas Nirwono.

Ia menerangkan, jika Pemprov DKI benar-benar berniat mengatasi masalah kebakaran sekaligus pemukiman kumuh di lokasi-lokasi tersebut, ada tiga langkah konkret dan bertahap yang perlu dilakukan. Langkah-langkah tersebut membutuhkan keterlibatan sejumlah instansi dan pemangku kepentingan. Karena itu, kemauan dan koordinasi dari pucuk pimpinan tingkat provinsi, yakni Gubernur DKI Jakarta sangat dibutuhkan.

"Yang pertama, Dinas Tata Ruang memperjelas status kepemilikan ruang tersebut. Kemudian Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) bisa mengupayakan negoisasi soal status lahan," papar Nirwono.

Bila status kepemilikan sudah jelas, Pemerintah bisa membicarakan langkah berikut yaitu peremajaan kawasan. Tujuannya menjadikan lingkungan tersebut sebagai kawasan terpadu dan ramah lingkungan.

Langkah terakhir adalah melakukan rekayasa sosial. Warga yang sebelumnya terbiasa di lingkungan yang kumuh dan padat bisa diadaptasikan pada pola-pola hidup sosial yang ramah lingkungan, pola hidup baru yang bisa dikatakan memiliki level peradaban yang berbeda.

"Bahkan, untuk mengubah budaya dari pola hidup di pemukiman horisontal ke pemukiman vertikal saja membutuhkan adaptasi yang tidak mudah bagi warga pada umumnya. Untuk itulah program-program rekayasa sosial perlu didialogkan lebih dahulu dengan warga setempat," kata Nirwono.

Pengamat Lingkungan dari Universitas Trisakti ini menerangkan, program serupa telah dilakukan beberapa negara ASEAN sebelumnya. Singapura yang paling awal melakukan program tersebut membutuhkan waktu 15-20 tahun. Sementara Vietnam yang terbaru mampu melaksanakan peremajaan kawasan dan rekayasa sosial dalam waktu yang lebih singkat, yakni 10 tahun.

"Dari segi pendanaan, Jakarta tidak ada masalah. Tinggal niat dan keseriusan pemerintah saja. Kalau serius saya yakin bisa lebih cepat dari Vietnam," pungkas Nirwono.
 

Human Error Jadi Penyebab Utama Kebakaran Di Jakarta

Jakarta Peristiwa kebakaran yang melanda pemukiman warga DKI Jakarta bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utamanya adalah kelalaian yang dilakukan oleh warga.

"Selain api, warga kurang siap atau dengan kata lain human eror," ujar Kepala Dinas Pemadam DKI Jakarta, Paimin Napitupulu, saat dihubungi detikcom, Senin (27/8/2012).

Paimin menuturkan selama bulan puasa, banyak warga yang aktivitasnya berpindah di malam hari. Sehingga kemungkinan warga melakukan human error bisa saja terjadi.

"Seperti menggunakan kompor untuk memasak. Karena penyebab terbesar kebakaran adalah ledakan dari tabung gas," kata Paimin.

Paimin berharap satu hingga dua hari ke depan, peristiwa kebakaran dapat diminimalisir. Karena warga sudah melihat kejadiannya dan tidak akan mengulangi lagi.

"Dengan adanya pemberitaan mengenai kebakaran itu akhirnya mereka akan berpikir dan tidak akan mengulangi kesalahan," terangnya.

Paimin menegaskan perlu kewaspadaan yang tinggi terkait seringnya kebakaran di wilayah pemukiman padat penduduk.

"Bagaimana pun warga harus tetap waspada, jangan sembarangan, karena di samping diakibatkan ledakan kompor, enam puluh persen disebabkan oleh arus pendek," ungkapnya.

Tidak Ada Korelasi Kebakaran Dengan Pilkada DKI

Jakarta Polda Metro Jaya telah melakukan identifikasi 58 penyebab kebakaran yang belakangan marak terjadi di Jakarta, dari kurun waktu 11 hingga 26 Agustus 2012. Salah satu penyebabnya adalah raket listrik untuk memukul nyamuk.

"Selama operasi ketupat jaya, telah terjadi kebakaran sebanyak 58 kali. Semuanya alami, salah satunya adalah raket listrik untuk mematikan nyamuk," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, di Mapolda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (27/8/2012).

Rikwanto menjelaskan, percikan raket nyamuk tersebut bisa membuat kebakaran saat berdekatan dengan sumber api. Selain raket nyamuk, penyebab kebakaran lainnya adalah membuang puntung rokok, pembakaran sampah dan tabung gas meledak.

"Dari 58, penyebab paling banyak tetap dari korsleting listrik yang terjadi sebanyak 37 kali," paparnya.

Polisi menepis dan tegas membantah kabar yang menyebutkan kebakaran di ibukota terkait Pilgub DKI Jakarta.

"Sampai saat ini belum ada korelasi kebakaran dengan Pilkada DKI," tutup Rikwanto.

Minggu, 26 Agustus 2012

Kebakaran Melanda Jakarta

Jakarta | Sabtu, 25 Aug 2012
Rihad Wiranto
Pengaitan kebakaran dengan Pilkada DKI meragukan.
Warga Jakarta was-was dihantui banyaknya kebakaran akhir-akhir ini. Untuk ke 28 kali sejak awal Puasa lalu, kebakaran terjadi lagi di Jakarta Selatan (Jaksel), Jum'at (24/8) sekitar 11:00 WIB. Kali ini api menghanguskan 14 bangunan di Jalan Bangka 2 G, RT07/03, Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan.

Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jaksel, Frans Hodden mengatakan api berasal dari kamar milik Aziz , di bagian depan rumah milik Jalaluddin (37).


Kepada petugas Damkar, saksi mata Ninda mengatakan ia sempat melihat benda jatuh di kamar tersebut. Sesaat kemudian ada api, dan dengan cepat menghanguskan enam rumah dan delapan kontrakan. "Jadi, kami meduga api berasal dari konsleting listrik," ucap Frans. Dugaannya diperkuat fakta bahwa kamar itu sudah dua hari dikunci. Sebab dua hari pula Aziz tak pulang kerja sebagai
security di daerah Senayan.

Pernyataan berbeda dilontarkan Ketua Ketua Rukun Tetangga setempat, Mawardi. Menurutnya api berasal dari petasan yang dinyalakan keponakan Jalaluddin di kamar Aziz. "Jadi awal api kan dari kamar depan rumah Jalaluddin (Kamar Aziz). Nah, tetangganya, Agus bilang sama saya, kalau dirinya melihat keponakan Jalaluddin main petasan di kamar tersebut," kata Mawardi.


Dalam kejadian itu, tak ada korban jiwa. Sebagian besar harta korban tak sempat diselamatkan. Terlihat kasur, lemari, tiga motor dan barang-barang lainnya ludes.

Untuk memadamkannya, Frans mengutarakan pihaknya sudah menerjunkan 18 mobil kebakaran.
Kebakaran juga melanda pemukiman padat penduduk di RT 10,11/ RW 03 Kelurahan Keramat Pulo, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (24/8), diduga berawal dari api yang berasal dari kost-kostan. "Kost-kostan itu bangunannya kayu, makanya gampang terbakar," ujar Umam, salah seorang warga yang ikut memadamkan api.
Bersama warga yang lainnya, ia menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. "Korban jiwa tidak ada, soalnya kejadiannya siang dan warga juga cepat bertindak," ujarnya.

Umam menuturkan bahwa beberapa penghuni kost-kostan tersebut juga sedang mudik ke kampung halaman mereka. Sekitar pukul 12.30 WIB, api terlihat sudah mulai mengecil. Dari pantauan
Jurnal Nasional, kepanikan warga juga sudah mulai berkurang seiring mengecilnya kobaran api. Namun, beberapa warga yang rumahnya terbakar terlihat shock bahkan ada yang pingsan. Hal ini dikarenakan barang-barang milik mereka ludes dilahap si jago merah.
Kawasan padat penduduk Tambora, Jakarta Barat kemarin juga dilalap api. Sedikitnya 66 rumah hangsud dilalap si jago merah, di lima RT di Kelurahan Tanah Sereal. Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Sutarno, api mengamuk sekitar 03.45 WIB. Beruntung dalam kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa.

Sutarno menambahkan, petugas Damkar dan PB Jakbar mengerahkan 37 unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api tersebut.


Wilayah yang terbakar meliputi RT 1, 7, 8, dan 9 dari RW 1, serta RT 6 dari RW 3 Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. "Kemungkinan kebakaran ini disebabkan hubungan pendek arus listrik," ujar Sutarno.
Pakar perkotaan Yayat Supriatna mengatakan banyak kejadian kebakaran di permukiman saat ditinggal mudik penghuninya disebabkan minimnya koordinasi di tingkat komunitas masyarakat.

"Selama ini, masyarakat kalau mudik selalu sibuk sendiri-sendiri sehingga ketika permukiman ditinggal pergi tidak ada yang mengoordinasi," kata Yayat Supriatna saat dihubungi di Jakarta, Jumat.


Pakar dari Universitas Trisakti, Jakarta itu mengatakan seharusnya sebelum mudik, komunitas di tingkat terendah yaitu rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW) melakukan koordinasi untuk menjaga keamanan lingkungannya.


Hal itu, menurut dia, disebabkan sikap masyarakat perkotaan yang semakin egois sehingga tidak saling mengenal dengan tetangga di sekitar lingkungannya.

"Tidak hanya di permukiman kelas atas, di permukiman kelas bawah pun kesadaran bermasyarakat sudah mulai berkurang. Masyarakat sudah mulai tidak peduli dengan pendatang baru," katanya.

Karena itu, dia melihat masyarakat yang pergi mudik enggan untuk sekedar menitipkan rumahnya kepada tetangganya. Akibatnya, tidak ada yang menjaga wilayah permukiman saat ditinggal mudik penghuninya.


Rendahnya kesadaran Yayat mengatakan pula bahwa selain faktor-faktor itu itu, maka kejadian kebakaran juga merupakan akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan permukimannya. Hal itu karena kebanyakan pemukim adalah pendatang baru yang mengontrak rumah-rumah petak.


"Kebanyakan kebakaran terjadi di kawasan permukiman dengan rumah kontrakan. Karena merasa bukan milik sendiri, penghuninya sering tidak peduli dengan keamanan rumahnya," katanya.


Karena itu, dia menilai kebakaran yang terjadi seringkali disebabkan oleh kelalaian penghuni permukiman karena sering penggunaan peralatan listrik yang tidak sesuai standar saat meninggalkan rumah.


Menurut catatan Polda Metro Jaya, dari 66 kebakaran yang terjadi selama Ramadhan hingga Idul Fitri, 35 kejadian disebabkan korsleting listrik.

Kebakaran Di Jatinegara Kaum Pulo Gadung

Petugas Damkar sedang memadamkan api yang melanda di sejumlah bangunan di Jatinegara Kaum Pulo Gadung, Sabtu pagi 25/08/2012
JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran yang melanda 11 bangunan di Jalan Raya Bekasi Timur, RT 02 RW 3, Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu (25/8/2012) pagi disebabkan hubungan arus pendek kabel listrik. Kabel tersebut diketahui dalam kondisi terkelupas sehingga menimbulkan percikan api.

Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Jakarta Timur, AKP Diah Tin Agustina mengatakan, kabel tersebut merupakan kabel tiang listrik yang berada tepat di depan sebuah warung makanan milik Ibu Mur. Karena saling bergesekan, percikan api pun muncul dan jatuh di warung rokok, persis di bawah tiang listrik.

"Penyebabnya korsleting dari gesekan kabel dari atap warung. Asal apinya dari sana. Mungkin kabelnya luka (terkelupas) akibat tergesek sama seng," ujarnya di lokasi kejadian.

Api baru diketahui warga setempat sekitar pukul 08.00 WIB. Sebagian warga berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri, sementara warga lainnya langsung berusaha memadamkan api menggunakan air seadanya hingga 16 mobil pemadam kebakaran terjun memadamkan api. Api yang terlanjur membesar merembet ke sebuah warung telekomunikasi yang berada di samping warung makanan.

Tak hanya itu, api turut melahap enam kontrakan milik Soleh yang berada di belakangnya, sebuah mushalla, sebuah bengkel motor dan sebuah toko mebel. Total, ada 11 bangunan yang diamuk api. Kebanyakan pemilik bangunan, diketahui tengah mudik ke kampung halaman.

Kerugian atas musibah tersebut diperkirakan ratusan juta rupiah. Berdasarkan pantauan di lokasi kebakaran, api berhasil dipadamkan pukul 09.05 WIB. Petugas masih melakukan pendinginan di lokasi kejadian. Akibat kebakaran tersebut, ruas Jalan Raya Bekasi Timur dari Klender mengarah ke Pulogadung, ditutup, karena mobil Damkar masih berada di lokasi. Sementara, warga setempat tampak masih melihat-lihat sisa kebakaran. 

Kebakaran Di Duren Sawit

Ditinggal Mudik, 150 Rumah Terbakar di Duren Sawit


TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 150 bangunan terbakar di Jalan Gotong Royong RT 02 RW 02 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur saat ditinggal mudik penghuninya.


"Setidaknya, 140 kepala keluarga kehilangan kediamannya akibat kebakaran ini," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Paimin Napitipulu, saat ditemui di lokasi Selasa, 21 Agustus 2012.

Berdasarkan penuturan saksi mata di lokasi kejadian, Ujang, mayoritas warga di sana merupakan pendatang dari luar Provinsi DKI Jakarta, seperti Jawa Barat dan Jawa Timur. Sebagian besar warga telah meninggalkan kediamannya untuk mudik sejak H-3 Lebaran.

"Kobaran api juga terlihat dari rumah yang sedang kosong ditinggal mudik penghuninya," kata Ujang. Akibatnya, warga juga baru mengetahui ada kebakaran saat kobaran api terlanjur membesar.

Seorang warga lain juga mengatakan hal yang sama. "Itu rumah adik dan kakak saya terbakar. Padahal, mereka sedang berlebaran di kampung halaman," kata seorang perempuan yang menyaksikan kebakaran itu.

Ujang menjelaskan, mayoritas bangunan di sana merupakan rumah petak yang berfungsi sebagai kediaman, sekaligus pusat industri rumah tangga mebel dan tekstil. Beberapa bangunan juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan mebel dan serbuk kayu.

Hal yang sama juga disebutkan oleh Paimin. Paimin mengatakan, bahan rumah yang terbuat dari kayu dan triplek yang mudah terbakar menjadi penyebab api cepat menyebar. Terlebih lagi, kata dia, bahan baku industri berupa kain, kayu, cat, dan tinner, semakin mempermudah kobaran api membesar.

Belum diketahui berapa besar kerugian yang diderita warga. Ia mengatakan sebagian pemilik rumah sedang mudik, sehingga laporan kerugian belum terdata seluruhnya. "Perkiraan kerugian warga mencapai miliaran rupiah. Karena, sebagian besar barang-barang yang terbakar merupakan bahan baku industri seperti kayu jati," kata Paimin.

Laporan yang ada juga menunjukkan tidak ada korban jiwa akibat kebakaran tersebut. Paimin menjelaskan, hanya ada tiga warga yang mengalami luka ringan akibat terkena paku dan pecahan beling saat membantu memadamkan api. Ketiga warga tersebut juga telah diobati oleh petugas Palang Merah Indonesia yang telah bersiap di lokasi.

Dari penjelasan dinas kebakaran, api pertama kali terlihat dari kediaman salah satu warga yang menyimpan tinner. Paimin mengatakan saksi mata melihat ada percikan api dari tiang listrik dan kemudian menyambar tong penyimpanan tinner pada pukul 12.15 WIB. Api kemudian menyebar cepat saat angin bertiup kencang. Api akhirnya berangsur-angsur dapat dipadamkan.

Kebakaran Di Kapuk Muara

Api Lalap 300 Rumah di Kapuk Muara  


TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran kembali terjadi di Jakarta. Kali ini api melahap ratusan rumah di RT 10 RW 04, Kapuk Muara, Jakarta Utara. "300 rumah yang terbakar, semuanya rumah papan," kata Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Utara, Nurdin Silalahi, saat dihubungi, Rabu 23 Agustus 2012.

Nurdin mengatakan kebakaran bermula pada pukul 09.30 dari sebuah kompor. Api kemudian dengan cepat melahap rumah-rumah yang dibangun di atas empang tersebut.

Dinas Pemadam Kebakaran mengerahkan 26 unit mobil damkar untuk memadamkan api. Sedangkan warga berusaha menyelamatkan barang-barang dan mengungsikannya ke tanah lapang di sekitar kawasan itu. "Hingga saat ini kerugian belum diketahui," ujar Nurdin.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Sehari Terjadi 5 Kebakaran Di Jakarta

VIVAnews - Kebakaran di kawasan padat penduduk kembali terjadi, untuk hari ini, Jumat 24 Agustus 2012 tercatat lima persitiwa kebakaran yang menyebar di beberapa wilayah Jakarta. Dari peristiwa tersebut diketahui ada satu orang meninggal karena serangan jantung.

Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Paimin Napitupulu lima kebakaran itu diantara di kawasan Mangga Besar, Tamansari Jakarta Barat, kemudian di RW 01 RT 6,7,8,9 dan RW 03 RT 6, Kelurahan Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat.

Selain itu juga, kebakaran terjadi di kawasan Jalan Bangka 2 No 61. RT 7, RW 3, Kelurahan Pelamampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dan  Kramat Pulo, Jakarta Pusat dan salah satu kawasan di dekat TMII.

"Di tiap tempat berbeda-beda jumlah rumah yang terbakar, paling banyak di kawasan Tanah Sereal, Tambora Jakarta Barat berjumlah 66 rumah. Di sana juga ada yang tewas karena serangan jantung, hanya satu orang korban jiwa," ujar Paimin saat dihubungi VIVA.co.id.

Untuk rumah yang terbakar di kawasan Jalan Bangka berjumlah 15 rumah, sedangkan di kawasan Kramat Pulo berjumlah 5 rumah. Berdasarkan informasi yang diterima, ada salah satu warga yang pingsan dalam kebakaran di tempat itu, dirinya hendak menyelamatkan diri saat melihat api yang dengan cepat menyambar.

Sebanyak 30 unit pemadam kebakaran datang ke lokasi kebakaran di Kramat Pulo. "Hampir semua yang terbakar merupakan rumah semi permanen. Kebanyakan rumah terbakar disebabkan karena korsleting listrik tetapi tidak semua penyebabnya sama," kata Paimin. (adi)

Tingggi Kebakaran Saat Mudik 2012

Jakarta, Kompas - Kebakaran beruntun di berbagai permukiman padat di Jakarta kerap terjadi selama musim mudik Lebaran. Fakta itu tergambar dari data yang diolah Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta dalam lima tahun terakhir.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, pada bulan Agustus ini terdata 119 kasus kebakaran, termasuk empat peristiwa kebakaran yang terjadi hari Jumat (24/8) di Jakarta.
Analisis data kebakaran dalam lima tahun terakhir ini menunjukkan, kebakaran selalu tinggi dalam musim mudik. Pada bulan mudik Oktober 2008 tercatat 83 kasus, September 2009 sebanyak 120 kasus (Agustus 97 kasus), September 2010 ada 70 kasus (Agustus 53 kasus), Agustus 2011 ada 141 kasus (Juli 82 kasus), dan Agustus 2012 terdata 112 kasus (115 kasus).
Umumnya penyebab kebakaran di kawasan padat itu karena hubungan pendek arus listrik. Pemakaian alak elektronik yang tidak standar, penyambungan ilegal, serta buruknya kontrol dan pengawasan terhadap pemakaian listrik oleh pemangku kepentingan dan aparat pemprov.
Kebakaran terbaru
Kasus terbaru di Jakarta Pusat, kebakaran terjadi di RT 10 dan 11 RW 03 Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen. Api berkobar pukul 11.45 dan menghanguskan 30 rumah petak di permukiman padat penduduk. Api diduga berasal dari rumah kos.
”Ada sekitar 250 orang yang kehilangan tempat tinggal akibat kejadian ini,” kata Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Pusat Madanih.
Di Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, kebakaran menghanguskan 66 rumah di RT 06, 07, 08, 09 RW 01 dan RT 06 RW 03. Penyebab kebakaran diduga akibat hubungan pendek arus listrik. Api mulai menyala sekitar pukul 03.45 dan pada sekitar pukul 08.00.
Kejadian ini merupakan kebakaran ke-21 di Tambora pada Januari-Agustus. Namun, Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin tegas membantah seringnya kebakaran di Tambora memang disengaja.
”Itu tidak benar. Ini murni musibah. Kalau memang sengaja dibakar tentu kami tidak membolehkan warga bangun lagi rumahnya. Pemerintah justru mempermudah pengurusan surat-surat, bahkan memberikan bantuan kepada korban.”
Di Jakarta Selatan, empat rumah dan delapan kontrakan di Jalan Bangka, Mampang Prapatan, hangus terbakar. Sebuah rumah juga terbakar di Jalan Haji Banan, Pondok Pinang.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta Paimin Napitupulu mengatakan, kebakaran lebih rawan terjadi saat musim kemarau dan ketika rumah kosong. Hingga kemarin, Dinas PKPB mencatat 119 kasus kebakaran yang terjadi tanggal 1-24 Agustus. Dalam kurun 1 Januari hingga kemarin terjadi 652 kasus kebakaran.
Dia mengakui ada sejumlah persoalan yang masih dihadapi, yakni keterbatasan armada dan personel, serta ketersediaan air di beberapa titik.

Proses penanganan
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengungkapkan, ada beberapa pendekatan sebagai prosedur operasi untuk mengatasi kawasan eks kebakaran. Pertama, Pemerintah Provinsi DKI menunggu hasil investigasi polisi di lokasi kebakaran untuk mengetahui penyebab kebakaran. ”Untuk itu, kami harus menunggu hasil investigasi polisi,” katanya.
Kedua, inventarisasi status tanah dan perencanaan lingkungan di kawasan eks kebakaran itu. Untuk itu dibutuhkan pendataan secara detail terkait surat tanah dari lahan yang dikuasai warga korban kebakaran.
Fauzi mencontohkan penanganan kawasan eks kebakaran di Jalan Lautze, Jakarta Pusat. Warga yang memiliki surat resmi atas lahan dibantu pemerintah mendirikan kembali rumahnya.
”Penghuni di sana bisa memiliki rumah dengan kualitas hunian layak dan menggunakan kabel listrik standar,” jelasnya.

Begitu pula dengan pembenahan kawasan eks kebakaran di Bendungan Hilir. Di kawasan itu didirikan rumah susun (rusun). Seluruh korban kebakaran direlokasi di rusun itu.
Ketiga, penataan lingkungan kawasan eks kebakaran. Itu tergantung situasi di lapangan karena status tanah di Jakarta sangat beragam dan surat-surat tanahnya perlu diteliti secara detail. (PUT/FRO/MDN/ART)

UPDATE BANTUAN


  1. Herdian, Ciledug - Rp.200.000 - Transfer 
  2. KPPA Azzukhruf - Rp 200.000 - Transfer
  3. Ibu Hj.Solanah, Jl.Pelita Cengkareng - Rp 200.000 - kontan
  4. Desi, Pondok Gede - Rp 200.000 - Transfer
  5. Kolektif Kawan2 P3ADQ - Rp 50.000 - kontan

2 Jam Terjadi 2 Kebakaran di Jakarta Selatan

Petugas saat berusaha memadamkan api di jl. Bangka Pela Mampag
JAKARTA, KOMPAS.com — Peristiwa kebakaran terjadi di dua lokasi berbeda di Jakarta Selatan, Jumat (24/8/2012) siang. Di Jalan Bangka, Pela Mampang, api melalap empat rumah dan delapan petakan. Sementara itu di Pondok Pinang, api menghanguskan satu rumah.

Kebakaran pertama terjadi di permukiman padat di Jalan Bangka 2 G Nomor 61 RT 007 RW 03, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sumber api diduga berasal dari rumah dengan pagar bercat biru milik Haji Anwar Muhammad.

"Dengar suara TV kresek-kresek, terus enggak lama kaya ada suara TV meledak. Yakinnya sih itu TV dari kamar adik saya, soalnya TV-nya jarang dimatiin," ungkap Syukron (34), warga yang tinggal di rumah yang diduga sebagai awal api.

Warga di permukiman padat dengan sejumlah gang sempit itu langsung berupaya menyelamatkan harta benda masing-masing, sepeda motor, sepeda, kasur, alat elektronik, dan surat-surat berharga milik warga ke lokasi aman di depan rumah warga lain dan di sekitar gang. Warga lainnya datang ke lokasi kebakaran dan berupaya membantu dengan sarana ala kadarnya. Dengan sumber air yang terbatas, warga menyiram air, baik dengan ember maupun selang dari mushala dan rumah warga.

"Saya tahunya kebakaran pas orang-orang pada teriak. Saya lihat apinya sudah besar. Ini warga pada ikut padamin pakai selang sama saluran air dekat rumah," kata Supardi (54), warga yang rumahnya berseberangan dengan lokasi kejadian.

"Belum diketahui pasti penyebab kebakaran, masih dilidik. Dugaan awal, korsleting listrik," kata Kepala Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan Frans Hodden, yang ditemui di lokasi.

Untuk memadamkan api itu, sebanyak 10 mobil pemadam dikerahkan. Namun karena akses jalan yang sempit, nyala api telanjur membesar hingga menyambar rumah dan delapan petakan di belakang toko mebel.

"Yang terbakar empat rumah besar dan delapan petak kontrakan. Tidak ada korban luka dan korban jiwa sampai saat ini. Tidak ada ledakan, ada pun satu tabung gas meledak, itu pas lagi kebakaran," ungkap Frans.

Api baru dapat dipadamkan satu jam kemudian, sekitar pukul 12.20. Kerugian materi belum dapat diprediksi. Semua rumah dan petak kontrakan rata dengan tanah. Berdasarkan informasi yang dihimpun, ada dua sepeda motor milik warga juga ikut hangus terbakar.

Setengah jam setelah kejadian di Jalan Bangka, Pela Mampang, kebakaran juga terjadi di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Kebakaran terjadi di sebuah rumah di permukiman padat penduduk di Jalan Haji Banan RT 05/ RW 12 Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Api diperkirakan menghanguskan satu rumah warga.

Berkat kesigapan warga sekitar dan petugas pemadam kebakaran, api sudah dapat dipadamkan dalam 30 menit. Kebakaran pun tidak meluas ke rumah-rumah sekitar di wilayah permukiman padat itu.

"Satu rumah, penyebabnya juga masih kita selidiki. Tidak ada korban jiwa, kerugian materi belum bisa ditaksir," ucap Frans.

Data Kebakaran Di Jakarta

VIVAnews - Maraknya kejadian kebakaran di wilayah DKI Jakarta dari Januari hingga 24 Agustus 2012, telah memakan korban jiwa, tercatat sebanyak 31 orang tewas dan 73 orang lainnya luka-luka.
Akibat kebakaran tersebut Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta memperkirakan kerugian mencapai Rp200.959.580.

"Kejadian kebakaran tahun ini meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Hari ini saja lima kejadian kebakaran, saat malam takbiran bahkan terjadi 15 kali kejadian, akibat petasan dan kembang api," kata Paimin saat ditemui di kantor Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, di Jalan KH Zainul Arifin, Jakarta Pusat, Jumat 24 Agustus 2012.

Paimin mengatakan 50 persen lebih kebakaran disebabkan gangguan listrik, kompor, rokok, dan faktor-faktor lainnya. "Dari Januari lalu hingga hari ini tercatat sudah ada 651 kebakaran di Jakarta," kata dia.

Dari data yang diperoleh VIVAnews selama tahun ini hingga 24 Agustus 2012, penyebab kabakaran antara lain akibat listrik 435 kejadian, kompor 64 kejadian, rokok 27 kejadian, dan 125 kejadian di sebabkan faktor lain.

Adapun untuk benda yang terbakar yakni bangunan perumahan 295 kejadian, bangunan umum dan perdagangan 154 kejadian, bangunan industri 12 kejadian, kendaraan 61 kejadian, lainnya 129 kejadian. Sedangkan jumlah penghuni yang kehilangan tempat tinggal adalah 4.523 Kepala Keluarga dan 16.169 Jiwa.

Jakarta Timur menjadi wilayah paling sering mengalami kebakaran, tercatat sebanyak 170 kejadian. Kemudian disusul Jakarta Barat (143 kejadian), Jakarta Utara (126 kejadian), Jakarta Selatan (124), dan Jakarta Pusat (88 kejadian).

Wilayah Jakarta Pusat yang rawan kebakaran: Johar Baru, Kemayoran, Sawah Besar, Tanah Abang, dan Senen. Jakarta Utara: Penjaringan, Pademangan, Cilincing, Tanjung Priok, dan Koja.

Jakarta Barat: Tambora, Cengkareng, Palmerah, Taman Sari, Grogol Petamburan, dan Kalideres.
Jakarta Selatan: Tebet, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama Utara, Pesangrahan, Kebayoran Lama, Setiabudi, dan Pancoran.

Jakarta Timur: Pulogadung, Cipayung, Makasar, Kramat Jati, Ciracas, dan Pasar Rebo.

Kebakaran Di Tambora

Minggu, 19/08/2012 20:58 WIB 
Kebakaran di Tambora Hanguskan 7 Kios Terasi

Dhurandara HKP - detikNews
Jakarta Kebakaran yang terjadi di Jalan Bandengan Utara III, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, sudah berhasil dipadamkan. Tercatat tujuh kios pengemasan terasi hangus dilahap si jago merah.

Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 19.30 WIB ini disebabkan oleh aktivitas membakar sampah oleh warga yang dilakukan di dekat kios.

"Persis di samping rel, ada orang bakar sampah, merembet ke kios yang ada di samping rel," kata seorang petugas Sudin Damkar Jakarta Barat, S Manik, saat ditemui di lokasi, Minggu (19/8/2012).

Api yang merembet ke kios dengan cepat membakar habis 7 kios semi-permanen yang terbuat dari kayu triplek. Dari informasi warga sekitar, kios-kios itu diketahui sebagai tempat pengemasan terasi.

Setelah berjibaku selama kurang lebih satu jam dengan menurunkan 29 unit mobil pemadam kebakaran, api akhirnya berhasil dipadamkan. Untungnya tak ada korban jiwa dari kejadian ini.

"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, karena para penjaga kios balik kampung semua," ujar S Manik.

Kebakaran Di Karet Tengsin


100 Pemuda bersama AFD Community
bagikan 200 kotak nasi sahur korban kebakaran Karet Tengsin

kebakaran di karet tengsin (foto by antara)

DI PENGHUJUNG bulan Ramadhan yang penuh berkah, tiada yang lebih membahagiakan kecuali berbagi dengan sesama. Itulah yang dilakukan sekitar 100-an pemuda dari beberapa elemen atau ormas
Mereka membagikan 200 kotak nasi untuk sahur korban kebakaran di Karet Tengsin, Benhil, Sabtu dinihari. Rombongan pemuda dipimpin Arief Ferdiansyah dari Biro Perencanaan Departemen Pertahanan DPP Partai Demokrat (PD), Reza Oktoberia juga dari DPP PD, Tim AFD Community Dwi Makmun dan Fadil Aditya
          “Kami tergerak membantu sodara-sodara kita di sini, dengan cara yang sederhana namun khidmat, yakni menyediakan makanan sahur. Semuanya ada 200 kotak nasi dan lauk yang kita serahkan,” ucap Arief usai menyerahkan nasi kepada Cecep, panitia korban kebakaran di RT 03/07, Kelurahan Karet Tengsin, Jakpus, Sabtu dinihari WIB.
          Menurut Arief, kegiatan yang digagas Oleh AFD Community ini disambut baik ormas lain dengan turut berpartisapasi. Sejumlah ormas pemuda juga bergabung dalam sahur bersama warga korban kebakaran tersebut. Mereka tergerak hatinya dan peduli terhadap penderitaan warga Karet Tengsin. Ormas itu antara lain: Barisan Massa Demokrat (BMD), Blues Forces, dan Keluarga Besar Putera Puteri Polri (KBPPP).
Menerima bantuan 200 nasi kotak untuk sahur, Cecep mewakili warga menyatakan rasa terima kasihnya. “Terima kasih untuk AFD Community,  BMD, Blue Forces, dan KBPPP. Insya Allah sahur terakhir kami terasa nikmat,” tambah Ny. Supriyati, 31, warga RT 03/07 yang rumahnya ludes diamuk si jago merah.
          Satu jam sebelumnya, kelompok pemuda pimpinan Arief dan Rezka Oktoberia ini juga melakukan kegiatan sahur on the road. Yakni membagikan makanan sahur untuk  kaum papa, dan kurang beruntung di seputaran  Sudirman, Karet Bivak, Benhil dan Pejompongan.
Hampir setiap pemulung, pengemis, dan warga tak mampu diberikan nasi kotak berisi rendang, ayam goreng, tempe, kerupuk, lalapan dan air mineral. Menu ini juga disajikan buat para korban kebakaran. Melihat menu yang ada dalam nasi kotak terlihat cukup mewah dan komplet.
“Kami tidak mau menu untuk korban kebakaran seperti ala kadarnya. Kami mau memanusiakan manusia. Korban kebakaran juga butuh perhatian lebih,” tambah Rezka Oktoberia,
Arief dan Rezka mengatakan, acara ini merupakan wujud kepedulian sosial generasi muda yang ingin berkiprah membantu sodara-sodara nya yang kurang beruntung di Ibukota.
Arief dan Rezka mengakui, bukanlah hal yang mudah untuk melakukan aktifitas di jam biasanya orang sudah tertidur pulas.  Namun dengan berpegang pada hadits "Innamal a'malu bin niat,"  mereka yakin niat baik akan terlaksana dengan lancar.
“Yakni bila kita sudah berniat untuk beribadah dan bekerja, maka serangan kantuk pun Insya Allah  langsung hilang. Apalagi kami  melihat wajah penuh harapan para korban kebakaran dan anak-anak mereka,” ucap Arief. (sumber: aby POS KOTA)