Jakarta, Kompas - Kebakaran beruntun di berbagai permukiman padat di Jakarta kerap terjadi selama musim
mudik
Lebaran. Fakta itu tergambar dari data yang diolah Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta dalam lima
tahun terakhir.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, pada bulan
Agustus ini terdata 119 kasus kebakaran, termasuk empat peristiwa
kebakaran yang terjadi hari Jumat (24/8) di Jakarta.
Analisis data
kebakaran dalam lima tahun terakhir ini menunjukkan, kebakaran selalu
tinggi dalam musim mudik. Pada bulan mudik Oktober 2008 tercatat 83
kasus, September 2009 sebanyak 120 kasus (Agustus 97 kasus), September
2010 ada 70 kasus (Agustus 53 kasus), Agustus 2011 ada 141 kasus (Juli
82 kasus), dan Agustus 2012 terdata 112 kasus (115 kasus).
Umumnya
penyebab kebakaran di kawasan padat itu karena hubungan pendek arus
listrik. Pemakaian alak elektronik yang tidak standar, penyambungan
ilegal, serta buruknya kontrol dan pengawasan terhadap pemakaian listrik
oleh pemangku kepentingan dan aparat pemprov.
Kebakaran terbaru
Kasus
terbaru di Jakarta Pusat, kebakaran terjadi di RT 10 dan 11 RW 03
Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen. Api berkobar pukul 11.45 dan
menghanguskan 30 rumah petak di permukiman padat penduduk. Api diduga
berasal dari rumah kos.
”Ada sekitar 250 orang yang kehilangan
tempat tinggal akibat kejadian ini,” kata Kepala Suku Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Pusat Madanih.
Di
Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, kebakaran
menghanguskan 66 rumah di RT 06, 07, 08, 09 RW 01 dan RT 06 RW 03.
Penyebab kebakaran diduga akibat hubungan pendek arus listrik. Api mulai
menyala sekitar pukul 03.45 dan pada sekitar pukul 08.00.
Kejadian
ini merupakan kebakaran ke-21 di Tambora pada Januari-Agustus. Namun,
Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin tegas membantah seringnya kebakaran
di Tambora memang disengaja.
”Itu tidak benar. Ini murni musibah.
Kalau memang sengaja dibakar tentu kami tidak membolehkan warga bangun
lagi rumahnya. Pemerintah justru mempermudah pengurusan surat-surat,
bahkan memberikan bantuan kepada korban.”
Di Jakarta Selatan,
empat rumah dan delapan kontrakan di Jalan Bangka, Mampang Prapatan,
hangus terbakar. Sebuah rumah juga terbakar di Jalan Haji Banan, Pondok
Pinang.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana
DKI Jakarta Paimin Napitupulu mengatakan, kebakaran lebih rawan terjadi
saat musim kemarau dan ketika rumah kosong. Hingga kemarin, Dinas PKPB
mencatat 119 kasus kebakaran yang terjadi tanggal 1-24 Agustus. Dalam
kurun 1 Januari hingga kemarin terjadi 652 kasus kebakaran.
Dia
mengakui ada sejumlah persoalan yang masih dihadapi, yakni keterbatasan
armada dan personel, serta ketersediaan air di beberapa titik.
Proses penanganan
Gubernur
DKI Jakarta Fauzi Bowo mengungkapkan, ada beberapa pendekatan sebagai
prosedur operasi untuk mengatasi kawasan eks kebakaran. Pertama,
Pemerintah Provinsi DKI menunggu hasil investigasi polisi di lokasi
kebakaran untuk mengetahui penyebab kebakaran. ”Untuk itu, kami harus
menunggu hasil investigasi polisi,” katanya.
Kedua, inventarisasi
status tanah dan perencanaan lingkungan di kawasan eks kebakaran itu.
Untuk itu dibutuhkan pendataan secara detail terkait surat tanah dari
lahan yang dikuasai warga korban kebakaran.
Fauzi mencontohkan
penanganan kawasan eks kebakaran di Jalan Lautze, Jakarta Pusat. Warga
yang memiliki surat resmi atas lahan dibantu pemerintah mendirikan
kembali rumahnya.
”Penghuni di sana bisa memiliki rumah dengan kualitas hunian layak dan menggunakan kabel listrik standar,” jelasnya.
Begitu
pula dengan pembenahan kawasan eks kebakaran di Bendungan Hilir. Di
kawasan itu didirikan rumah susun (rusun). Seluruh korban kebakaran
direlokasi di rusun itu.
Ketiga, penataan lingkungan kawasan eks
kebakaran. Itu tergantung situasi di lapangan karena status tanah di
Jakarta sangat beragam dan surat-surat tanahnya perlu diteliti secara
detail. (PUT/FRO/MDN/ART)