Jakarta | Sabtu, 25 Aug 2012
Rihad Wiranto
Pengaitan kebakaran dengan Pilkada DKI meragukan.
Warga Jakarta was-was dihantui banyaknya kebakaran
akhir-akhir ini. Untuk ke 28 kali sejak awal Puasa lalu, kebakaran
terjadi lagi di Jakarta Selatan (Jaksel), Jum'at (24/8) sekitar 11:00
WIB. Kali ini api menghanguskan 14 bangunan di Jalan Bangka 2 G,
RT07/03, Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan.
Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jaksel, Frans Hodden
mengatakan api berasal dari kamar milik Aziz , di bagian depan rumah
milik Jalaluddin (37).
Kepada petugas Damkar, saksi
mata Ninda mengatakan ia sempat melihat benda jatuh di kamar tersebut.
Sesaat kemudian ada api, dan dengan cepat menghanguskan enam rumah dan
delapan kontrakan. "Jadi, kami meduga api berasal dari konsleting
listrik," ucap Frans. Dugaannya diperkuat fakta bahwa kamar itu sudah
dua hari dikunci. Sebab dua hari pula Aziz tak pulang kerja sebagai security di daerah Senayan.
Pernyataan berbeda dilontarkan Ketua Ketua Rukun Tetangga setempat,
Mawardi. Menurutnya api berasal dari petasan yang dinyalakan keponakan
Jalaluddin di kamar Aziz. "Jadi awal api kan dari kamar depan rumah
Jalaluddin (Kamar Aziz). Nah, tetangganya, Agus bilang sama saya, kalau
dirinya melihat keponakan Jalaluddin main petasan di kamar tersebut,"
kata Mawardi.
Dalam kejadian itu, tak ada korban jiwa.
Sebagian besar harta korban tak sempat diselamatkan. Terlihat kasur,
lemari, tiga motor dan barang-barang lainnya ludes.
Untuk memadamkannya, Frans mengutarakan pihaknya sudah menerjunkan 18 mobil kebakaran.
Kebakaran juga melanda pemukiman padat penduduk di RT 10,11/ RW 03
Kelurahan Keramat Pulo, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (24/8),
diduga berawal dari api yang berasal dari kost-kostan. "Kost-kostan itu
bangunannya kayu, makanya gampang terbakar," ujar Umam, salah seorang
warga yang ikut memadamkan api.
Bersama warga yang
lainnya, ia menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa dalam peristiwa
tersebut. "Korban jiwa tidak ada, soalnya kejadiannya siang dan warga
juga cepat bertindak," ujarnya.
Umam menuturkan bahwa
beberapa penghuni kost-kostan tersebut juga sedang mudik ke kampung
halaman mereka. Sekitar pukul 12.30 WIB, api terlihat sudah mulai
mengecil. Dari pantauan Jurnal Nasional, kepanikan warga juga
sudah mulai berkurang seiring mengecilnya kobaran api. Namun, beberapa
warga yang rumahnya terbakar terlihat shock bahkan ada yang pingsan. Hal ini dikarenakan barang-barang milik mereka ludes dilahap si jago merah.
Kawasan padat penduduk Tambora, Jakarta Barat kemarin juga dilalap
api. Sedikitnya 66 rumah hangsud dilalap si jago merah, di lima RT di
Kelurahan Tanah Sereal. Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran dan
Penanggulangan Bencana Sutarno, api mengamuk sekitar 03.45 WIB.
Beruntung dalam kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa.
Sutarno menambahkan, petugas Damkar dan PB Jakbar mengerahkan 37
unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api tersebut.
Wilayah yang terbakar meliputi RT 1, 7, 8, dan 9 dari RW 1, serta
RT 6 dari RW 3 Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
"Kemungkinan kebakaran ini disebabkan hubungan pendek arus listrik,"
ujar Sutarno.
Pakar perkotaan Yayat Supriatna
mengatakan banyak kejadian kebakaran di permukiman saat ditinggal mudik
penghuninya disebabkan minimnya koordinasi di tingkat komunitas
masyarakat.
"Selama ini, masyarakat kalau mudik selalu
sibuk sendiri-sendiri sehingga ketika permukiman ditinggal pergi tidak
ada yang mengoordinasi," kata Yayat Supriatna saat dihubungi di Jakarta,
Jumat.
Pakar dari Universitas Trisakti, Jakarta itu
mengatakan seharusnya sebelum mudik, komunitas di tingkat terendah yaitu
rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW) melakukan koordinasi untuk
menjaga keamanan lingkungannya.
Hal itu, menurut dia,
disebabkan sikap masyarakat perkotaan yang semakin egois sehingga tidak
saling mengenal dengan tetangga di sekitar lingkungannya.
"Tidak hanya di permukiman kelas atas, di permukiman kelas bawah pun
kesadaran bermasyarakat sudah mulai berkurang. Masyarakat sudah mulai
tidak peduli dengan pendatang baru," katanya.
Karena
itu, dia melihat masyarakat yang pergi mudik enggan untuk sekedar
menitipkan rumahnya kepada tetangganya. Akibatnya, tidak ada yang
menjaga wilayah permukiman saat ditinggal mudik penghuninya.
Rendahnya kesadaran Yayat mengatakan pula bahwa selain
faktor-faktor itu itu, maka kejadian kebakaran juga merupakan akibat
dari rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan permukimannya. Hal
itu karena kebanyakan pemukim adalah pendatang baru yang mengontrak
rumah-rumah petak.
"Kebanyakan kebakaran terjadi di
kawasan permukiman dengan rumah kontrakan. Karena merasa bukan milik
sendiri, penghuninya sering tidak peduli dengan keamanan rumahnya,"
katanya.
Karena itu, dia menilai kebakaran yang terjadi
seringkali disebabkan oleh kelalaian penghuni permukiman karena sering
penggunaan peralatan listrik yang tidak sesuai standar saat meninggalkan
rumah.
Menurut catatan Polda Metro Jaya, dari 66
kebakaran yang terjadi selama Ramadhan hingga Idul Fitri, 35 kejadian
disebabkan korsleting listrik.